>> Paragraf Induktif <<
Daya Saing Ekonomi Kalah Dari Malaysia, Apa
Strategi Pemerintah ?
Daya saing ekonomi Indonesia berada pada
peringkat 38 yang dilihat dari Laporan “Global Competitiveness Report
2013-2014” yang disusun oleh World Economic Forum. Meskipun berhasil meningkat
dibanding peringkat tahun lalu, yaitu pada posisi 50, tetapi pemerintah masih
belum bangga karena Indonesia masih kalah dibanding negara-negara lain di Asia
Tenggara. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, mengatakan posisi daya saing Indonesia masih
di bawah Thailand (37), Singapura (2), dan Malaysia (24). Hal ini akan
merugikan ketika liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) resmi dijalankan
pada 2015.
Lembaga internasional banyak menyoroti bahwa peringkat Indonesia masih tercecer dalam hal kemudahan memulai berbisnis, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh listrik, kemudahan memperoleh kredit, serta kemudahan pembayaran pajak. Menurut Firmanzah, Indonesia harus coba melakukan reformasi birokrasi, penyederhanaan perizinan melalui pelayanan terpadu satu atap (PTSP), 4 paket kebijakan stimulus fiskal, dan dikeluarkannya 17 paket kebijakan untuk kemudahan berusaha supaya mendapat kemudahan dalam berbisnis,
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia supaya reformasi perizinan berjalan dengan lancar, perlu adanya penyesuaian peraturan pemerintah pusat dan daerah. Dia mengatakan, dialog harus efektif dijalankan, supaya perizinan tidak tumpang tindih. "Tantangan terbesar saat ini adalah mengikis ego-sektoral yang berpotensi membuat implementasi kebijakan sulit dilakukan. Selain itu juga, di saat kita menjalankan sistem pemerintahan desentralistik, harmonisasi kebijakan pusat-daerah perlu terus kita tingkatkan,” ungkapnya.
"Pada Desember 2015, Indonesia akan berkompetisi dengan sejumlah negara di ASEAN. Peran dan kontribusi dari semua pihak baik Pemerintah Pusat-Daerah, BUMN, swasta nasional, serikat pekerja, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya sangat dibutuhkan," ujarnya seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (4/11). Firmanzah menerangkan bahwa pemerintah akan mengusahakan mengejar ketertinggalan di bidang daya saing ekonomi. Beberapa strategi sudah disusun seperti pembangunan infrastruktur dan mendukung inovasi teknologi. Namun, cara paling utama yang menurut pemerintah cukup efektif dalam menggenjot daya saing adalah kemudahan perizinan buat dunia usaha.
>> Paragraf Deduktif <<
Ambisi Indonesia jadi pusat niaga Asia Pasifik
Deputi
Bidang Menteri Koordinator Perekonomian di bidang perdagangan dan industry, Edy
Putra Irawady menyatakan bahwa tahun ini hingga tahun 2025, Indonesia mempunyai
target untuk menghasilkan puluhan juta wirausahawan muda yang dibarengi dengan
kebijakan dalam memudahkan akses permodalan dan teknologi. Pernyataan itu
bertujuan untuk mencapai target Indonesia menjadi pusat niaga di kawasan asia
pasifik dalam forum APEC Unthinkable Week 2013 di Kuta, Bali, Rabu (2/10).
Menurut
data yang diteliti Edy pada Agustus 2005 lalu, jumlah pengangguran di Indonesia
sebesar 11,27 persen dan jumlah wirausahawan mencapai 48 juta dengan bidang
usaha terbesar di sektor mikro. Sedangkan pada Agustus 2009, jumlah
pengangguran turun menjadi 8,8 persen
dengan jumlah wirausahawan sebesar 53 juta. Hal ini merupakan sudah banyak
pengangguran yang menjadi wairausahawan, tetapi untuk bisa meningkatkan usaha
masih sangat rendah karena hanya 2,9 persen dan sisanya tidak aktif.
Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya kapasitas, birokrasi, akses
pasar, pembiayaan dan lainnya. Untuk meningkatkan kualitas kerja mereka, setiap
tahun ada 14.000 wirausahawan yang mengikuti pelatihan, kemudian menyeleksi orang-orang
yang berkualitas dan mereka akan dikenalkan kepada teknologi, Setelah itu, Edy
menjanjikan semakin banyak skema pembiayaan yang diberikan pemerintah untuk
wirausahawan serta disediakan online kredit supaya mereka mudah melakukan
kegiatan ekspor. Negara-negara APEC juga telah membuat perjanjian agar setiap
wirausahawan dari berbagai negara dapat diberikan kemudahan akses permodalan agar
mereka juga bisa akses ke Tokyo Bank.
Vice
President Junior Chamber International (JCI) Bali Ida Bagus Agung Gunarthawa
mengatakan bahwa Bali merupakan salah satu daerah yang dianggap sudah baik dalam
hal ekspor ke luar negeri dan sebagai pusat marketing preneur karena Bali memiliki
potensi yang besar dalam pengembangan industri kreatif dibanding denga daerah
lain. Dan Bali juga mempunyai modal sebagai destinasi pariwisata.