Kamis, 03 Oktober 2013

Artikel Perekonomian Indonesia (Revisi)

>> Paragraf Induktif <<


Daya Saing Ekonomi Kalah Dari Malaysia, Apa Strategi Pemerintah ?


Daya saing ekonomi Indonesia berada pada peringkat 38 yang dilihat dari Laporan “Global Competitiveness Report 2013-2014” yang disusun oleh World Economic Forum. Meskipun berhasil meningkat dibanding peringkat tahun lalu, yaitu pada posisi 50, tetapi pemerintah masih belum bangga karena Indonesia masih kalah dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, mengatakan posisi daya saing Indonesia masih di bawah Thailand (37), Singapura (2), dan Malaysia (24). Hal ini akan merugikan ketika liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) resmi dijalankan pada 2015.

Lembaga internasional banyak menyoroti bahwa peringkat Indonesia masih tercecer dalam hal kemudahan memulai berbisnis, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh listrik, kemudahan memperoleh kredit, serta kemudahan pembayaran pajak. Menurut Firmanzah, Indonesia harus coba melakukan reformasi birokrasi, penyederhanaan perizinan melalui pelayanan terpadu satu atap (PTSP), 4 paket kebijakan stimulus fiskal, dan dikeluarkannya 17 paket kebijakan untuk kemudahan berusaha supaya mendapat kemudahan dalam berbisnis,

Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia supaya reformasi perizinan berjalan dengan lancar, perlu adanya penyesuaian peraturan pemerintah pusat dan daerah. Dia mengatakan, dialog harus efektif dijalankan, supaya perizinan tidak tumpang tindih. "Tantangan terbesar saat ini adalah mengikis ego-sektoral yang berpotensi membuat implementasi kebijakan sulit dilakukan. Selain itu juga, di saat kita menjalankan sistem pemerintahan desentralistik, harmonisasi kebijakan pusat-daerah perlu terus kita tingkatkan,” ungkapnya.

"Pada Desember 2015, Indonesia akan berkompetisi dengan sejumlah negara di ASEAN. Peran dan kontribusi dari semua pihak baik Pemerintah Pusat-Daerah, BUMN, swasta nasional, serikat pekerja, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya sangat dibutuhkan," ujarnya seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (4/11). Firmanzah menerangkan bahwa pemerintah akan mengusahakan mengejar ketertinggalan di bidang daya saing ekonomi. Beberapa strategi sudah disusun seperti pembangunan infrastruktur dan mendukung inovasi teknologi. Namun, cara paling utama yang menurut pemerintah cukup efektif dalam menggenjot daya saing adalah kemudahan perizinan buat dunia usaha.


>> Paragraf Deduktif <<

Ambisi Indonesia jadi pusat niaga Asia Pasifik


Deputi Bidang Menteri Koordinator Perekonomian di bidang perdagangan dan industry, Edy Putra Irawady menyatakan bahwa tahun ini hingga tahun 2025, Indonesia mempunyai target untuk menghasilkan puluhan juta wirausahawan muda yang dibarengi dengan kebijakan dalam memudahkan akses permodalan dan teknologi. Pernyataan itu bertujuan untuk mencapai target Indonesia menjadi pusat niaga di kawasan asia pasifik dalam forum APEC Unthinkable Week 2013 di Kuta, Bali, Rabu (2/10).

Menurut data yang diteliti Edy pada Agustus 2005 lalu, jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 11,27 persen dan jumlah wirausahawan mencapai 48 juta dengan bidang usaha terbesar di sektor mikro. Sedangkan pada Agustus 2009, jumlah pengangguran turun  menjadi 8,8 persen dengan jumlah wirausahawan sebesar 53 juta. Hal ini merupakan sudah banyak pengangguran yang menjadi wairausahawan, tetapi untuk bisa meningkatkan usaha masih sangat rendah karena hanya 2,9 persen dan sisanya tidak aktif.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya kapasitas, birokrasi, akses pasar, pembiayaan dan lainnya. Untuk meningkatkan kualitas kerja mereka, setiap tahun ada 14.000 wirausahawan yang mengikuti pelatihan, kemudian menyeleksi orang-orang yang berkualitas dan mereka akan dikenalkan kepada teknologi, Setelah itu, Edy menjanjikan semakin banyak skema pembiayaan yang diberikan pemerintah untuk wirausahawan serta disediakan online kredit supaya mereka mudah melakukan kegiatan ekspor. Negara-negara APEC juga telah membuat perjanjian agar setiap wirausahawan dari berbagai negara dapat diberikan kemudahan akses permodalan agar mereka juga bisa akses ke Tokyo Bank.


Vice President Junior Chamber International (JCI) Bali Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan bahwa Bali merupakan salah satu daerah yang dianggap sudah baik dalam hal ekspor ke luar negeri dan sebagai pusat marketing preneur karena Bali memiliki potensi yang besar dalam pengembangan industri kreatif dibanding denga daerah lain. Dan Bali juga mempunyai modal sebagai destinasi pariwisata.