Kisah
ini berawal ketika hari pertama mengikuti MOS di sebuah sekolah favorit yaitu
SMP Negeri 5 Bekasi. Memang tidak banyak orang yang berhasil menjadi siswa di
sekolah tersebut, tetapi Shafira Amelia beruntung bisa lolos dan belajar disana.
MOS merupakan hal yang menakutkan bagi seluruh anak-anak yang baru menduduki
bangku Sekolah Menengah Pertama. Mereka berpikiran bahwa kegiatan ini adalah
acara balas dendam senior ke juniornya dan peralatan yang dipakai pasti yang
aneh-aneh serta barang yang harus dibawa sangat susah ditemukan.
Hari
itu Shafira menggunakan kaos kaki dengan warna yang berbeda, tas dari kantong
plastik, kalung yang terbuat dari rangkaian permen, rambut yang harus dikuncir
10 dengan pita, dan topi yang berbentuk kerucut. Semua peserta MOS harus
mengikuti upacara pembukaan dengan berbaris rapi kebelakang. Setelah upacara
selesai mereka dibagikan kelas yang sudah ditentukan oleh kepala sekolah.
“Shafira Amelia kelas 7.4”, kepala sekolah berteriak.
Masuklah
semua peserta ke dalam kelas masing-masing. Shafira pun menuju kelas yang berada
di pojok kiri atas sebelah tangga. Di dalam kelas anak-anak mulai berinteraksi,
mereka saling berkenalan satu sama lain. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan
menghampiri Shafira, “Ra, pita dirambutku lepas. Kamu bisa tolong ikatkan
pitanya dirambutku ?” pinta Liana dengan suara lembut. “Ohh iya, tentu saja aku
bisa”, jawab Shafira. “Terima kasih Fira”, sahutnya dengan muka tersenyum. Sejak
kejadian tersebut mereka berdua mulai berkenalan yang lebih banyak lagi.
Tiga hari sudah
dilewati. Masa-masa MOS yang melelahkan dan menegangkan akhirnya selesai juga. “Terima
kasih ya Allah, aku sudah bebas dari omel-omelan kakak OSIS dan tidak harus
mencari barang yang aneh-aneh lagi.” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
Hari Kamis
anak-anak sudah menggunakan seragam putih-biru dengan dasi yang dipasang dileher.
Semua terlihat cantik dan ganteng. Shafira senang sekali bisa menggunakan
seragam putih-biru dengan dasi. Dia adalah pribadi yang sederhana dan tidak
neka-neko dalam hal penampilan dan lainnya, tetapi kalau masalah sekolah dan
pelajaran merupakan hal yang penting baginya, Shafira sangat rajin mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan aktif di sekolah.
“Liana aku sekelompok
sama kamu ya? Kamu kan pintar Bahasa Indonesia!!!” rayunya sambil memegang
tangannya. “Ah Fira bisa saja. Okehh kamu sekelompok denganku. Ayo kita
kerjakan tugasnya,” ajak Mira sambil menuju ke arah meja. Mereka mulai
mengerjakan tugas tersebut dengan kompak.
Liana sering dipanggil
anak-anak kelas sebagai putri solo, karena jalannya yang lemah gemulai, gaya
bicaranya yang lembut, pokoknya semuanya mirip dengan putri solo. Walaupun
anak-anak memanggilnya putri solo, Shafira tetap senang berteman dengannya
karena Liana anaknya baik, ramah, sopan, rajin, dan pintar.
Setiap
hari Shafira dan Liana selalu bersama, mulai berangkat sekolah sampai pulang
sekolah mereka selalu bersama bahkan sampai kegiatan ekstrakulikuler yang
mereka ikutin pun sama yaitu Marching Band. Mereka memang sangat suka music
makanya mereka pilih ekskul Marcing Band.
* * *
Hari-hari pun
telah berganti tidak terasa sudah satu tahun mereka duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama dan sekarang tiba saatnya kenaikan kelas. Setiap kenaikan kelas,
sekolah ini selalu merubah murid-muridnya tiap kelas. Jadi teman kelas 7 dan 8
otomatis akan berbeda, tidak lagi sama dengan teman kelas 7. Hal ini membuat semua
anak-anak tegang karena mereka akan pisah dengan teman yang sudah dikenalnya
selama ini dan bertemu lagi dengan orang baru. Mereka harus beradaptasi lagi serta
mengenal sifat satu per satu teman baru mereka.
Semua anak-anak
pun memasang telinganya untuk bisa mendengar lebih jelas dapat di kelas
berapakah mereka. Ketua kelas membacakan satu per satu nama beserta kelas baru
menurut nomor absen. Saat itu Shafira terlihat tegang karena dia tidak mau beda
kelas dengan Liana. Tiba-tiba…. “ Liana Sari, kelas 85” teriak ketua
kelas. Dalam hati Shafira berharap semoga dia mendapat kelas 85 juga.
Tetapi baru saja Shafira berkata dalam hati tiba-tiba ketua kelas teriak “Shafira
Amelia, kelas 83”. Shafira sedikit kecewa karena tidak sekelas lagi
dengan Liana. Liana mendekati Shafira, “Yahh kita tidak sekelas lagi Fir, tapi tidak
apa-apa kita kan masih bisa ketemu, lagian kelasnya juga deketan,,hehe”
Walaupun mereka sudah
tidak sekelas lagi, tetapi mereka suka ke kantin bersama, saling menanyakan
tugas yang belum dimengerti dan mereka juga masih satu ekskul. Selain dari itu mereka
juga saling berkenalan dengan teman masing-masing. Liana kenal dengan teman-temannya
Shafira begitu juga sebaliknya, sehingga teman Liana adalah teman Shafira juga.
Pokoknya mereka sangat kompak sekali.
Setiap hari
Jumat adalah jadwal untuk latihan Marching Band. Sebelum latihan pasti Shafira
dan Liana serta teman-teman yang lain makan siang dahulu. Hari itu adalah
pembagian alat-alat Marching untuk digunakan masing-masing setiap anggota,
sebelumnya masih menggunakan alat pianika. Dan sekarang mau diatur ulang lagi
pembagian alatnya, anehnya Shafira dan Liana memegang alat yang sama yaitu
Master semacam Piano tetapi alat ini harus dipukul yang bunyinya
ting..ting..ting.. Mereka pun sangat
senang mendapat alat Master, karena bisa belajar dan menghafal lagu
bersama-sama.
Sekarang tidak
hanya hari Jumat saja latihannya melainkan seminggu 3 kali latihan. Mengapa
demikian ? Karena mereka mendapat panggilan jadi mau ga mau harus ngebut
latihannya. Hujan-hujan pun tetap latihan walaupun latihannya tidak di lapangan
tetapi latihan di dalam kelas atau koridor sekolah. Setiap latihan pasti Liana
ke rumah Shafira untuk berangkat latihan bareng. Sesampainya di sekolah dia
mendapat lagu baru untuk ditampilkan disebuah acara. “Li, ayo kita
cepet-cepetan menghafal lagunya” ajak Shafira. “Siapa takut” senyum Liana. Karena
mereka hanya di kasih waktu sedikit untuk menghafal lagu baru oleh pelatih. “Liana
kamu sudah hafal belum ?” tanyanya. “Aku sudah hafal, yukk kita mainkan bersama
lagunya!” Mereka pun bersama-sama memainkan lagunya.
Tidak terasa
sudah 1 bulan latihan, sekarang tiba saatnya acara itu digelar. Anggota Marching
Band SMP 5 yang biasa disebut “Gita Madani” segera bersiap-siap dengan menggunakan
kostum yang sudah dipersiapkan, yaitu celana putih dengan rok biru serta baju
dengan perpaduan biru putih tidak lupa diberikan aksesoris dibaju seperti sayap
yang dipasang di bahu belakang dan pangkat yang dipakai di atas bahu serta topi
putih yang disematkan bulu biru di depannya dan tidak lupa dengan alas kakinya
yaitu sepatu jungle warna putih. Semua anggota Gita Madani terlihat
cantik-cantik dengan kostum seperti itu. Rambutnya dikonde supaya terlihat rapid
an tidak lupa dengan polesan sedikit make-up diwajah supaya terlihat lebih
fresh. Ohh iya mengapa disebutnya Gita Madani ? Karena kelompok marching ini
semua anggotanya adalah perempuan jadi disebutnya Gita Madani deh.
Shafira di antar
ke tempat acara oleh orang tuanya karena tempat itu cukup jauh yaitu di Pondok
Indah Mall. Shafira, Liana dan teman lainnya pergi bareng denganku. Saat itu
orang tua Liana tidak bisa mengantar karena ada pekerjaan. Kita pun segera
meluncur ke Jakarta Selatan. Dan akhirnya sampai juga, kita semua anggota
marching segera bersiap-siap dan masing-masing anggota mengambil alat yang
biasa mereka pegang. Tampilah mereka semua dengan wajah yang gembira. “Alhamdulillah
penampilan kita sukses” ucap Shafira. “Iya seneng dehh bisa lancar acaranya” Liana
tertawa bahagia.
* * *
Tidak terasa sudah
satu tahun Shafira duduk di bangku kelas dua smp, sebentar lagi dia akan duduk
di bangku kelas tiga. Dan seperti biasa tradisi di sekolahnya setiap kenaikan
kelas pasti temannya baru lagi. “Kira-kira teman-temannya siapa saja yaa? Terus
asyik-asyik nggak yaa? Mungkin nggak yaa aku sekelas sama Liana?” tanyanya
dalam hati.
Pengumuman
pembagian kelas pun tiba. Shafira dan teman-teman segera mencari namanya masing-masing
di setiap pintu kelas 9. Setiap pintu mereka cari namanya masing-masing. Dimulai
dari kelas 9.1 lalu 9.2 “Aduh, kok nama aku belum ada
yaa?” dan akhirnya dia berhenti di kelas 9.4 karena Shafira sudah
melihat namanya sudah terdaftar di kelas itu. “Alhamdulillah namaku ada di
kelas ini, ehmm tapi siapa ajah yaa temannya ?? Aku liat ahh dari atas sampai
bawah kali ajah udah banyak yang dikenal. Adi, Aisyah, Annisa, Bayu, Deby,
Erna, Fauzan, Liana,,, hahh ?? Liana Sari?? Bener nih Liana Sari??” Shafira
bisik-bisik sendiri. Masih tidak percaya tetapi itu memang nyata dan akhirnya
Shafira langsung lari untuk mencari Liana.
“Liana, Liiii,
Liana…. teriak Shafira sambil lari-lari ke arah Liana. “Ada apa Li? Keliatannya
seneng banget, ada apa sihh ?” dengan muka penasaran. “Oh iya, kamu kelas
berapa Ra?” tanya Liana. “Kelas 94, kita sekelas Li, tersenyum lebar.
“Ah yang bener kamu Ra?” tanyanya tidak
percaya. “Iya bener masa aku bohong. Kalau tidak percaya kamu lihat saja lagi
di pintu kelas 94,” pinta Shafira. Liana segera menuju ke kelas 94
untuk mencari nama Liana Sari. Ternyata benar Shafira sekelas dengannya. “Ra,
aku tidak nyangka kita bisa sekelas lagi.. hehe.. Kalau begitu kita duduk
bareng yahh Ra,” pinta Liana cepat. “Siip dehh, Li. Kita berdua kan sahabat,,”
sambung Mira.
Hari itu mereka
berdua sangat senang sekali. Benar-benar hal yang tidak diduga-duga. Mereka
jarang sekali bertengkar dan selalu kompak. Kalau Liana mempunyai kesusahan
pasti Shafira membantunya begitu juga sebaliknya jika Shafira mengalami
kesusahan Liana pasti membantunya.
Waktu itu di smpnya
akan diadakan try out. Mereka
mengikuti try out tersebut. Try out tersebut diadakan selama tiga
hari. Soal-soal semua sudah terjawab. Liana sudah sangat lelah mengerjakan soal
sebanyak itu.”Satu hari lima puluh soal? sedangkan try outnya tiga hari berarti aku mengerjakan soal sebanyak seratus
lima puluh soal? Bagaimana nggak pusing dan capek coba? Udah gitu soalnya nggak
disilang lagi tapi harus diurek-urek alias dihitamkan.” ocehku.
Tibalah saatnya
pengumuman hasil tryout. Pada saat
itu mereka merasa tegang sekali karena hasil TO akan digunakan untuk menentukan
kelas bimbel buat menghadapi Ujian Nasional (UN) nanti. “Haahh, aku masuk kelas
B. Liana juga masuk dikelas B, berarti aku sekelas lagi dong sama Liana!!” ucapnya
pelan. Betapa senangnya Shafira hari itu, sudah sekelas duduk bareng pula dan
sekarang kelas bimbel pun sekelas, mungkin mereka memang sudah ditakdirkan
untuk selalu bersama-sama sebagai sahabat.
“Li, kita
sekelas lohh bimbelnya.” katanya saat menuju ke kantin. “Masa sihh Ra?” tanya Liana
tidak percaya. Padahal mereka mengerjakan soalnya masing-masing dan tidak
menyontek. Lagi pula nama mereka berdua kan berjauhan tidak sekelas pula pas try out. Mereka bimbel setiap hari
Sabtu. Jadi setiap hari mereka duduk bersama.
5 Mei 2008, mereka
semua akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Liana merasa sedih karena sebentar
lagi dia akan pisah sekolah dengan Shafira. Liana sudah memutuskan untuk
sekolah di Caraka Nusantara jurusan Farmasi, sedangkan Shafira tidak berminat
masuk ke Caraka. Dia minatnya masuk SMA.
Pengumuman hasil
ujian sudah dibagikan lewat surat dan sudah semuanya diterima. Shafira senang
karena lulus dan teman-temannya semuanya lulus 100%. “Alhamdulillah, aku
lulus.” ucapnya bergembira.
Tahun ajaran
baru sudah dimulai. Akhirnya, mereka sekolah ditempat yang mereka sudah pilih
sendiri sesuai dengan keinginannya. “Li, walaupun kita sudah tidak satu sekolah
lagi, kamu jangan lupa sama aku yahh?” Shafira mengirim sebuah pesan kepada Liana.
“Iya Li, aku tidak akan lupa dengan kamu. Tetapi, kita masih bisa berkomunikasi
lewat telepon, sms atau sosial media “ balas Liana.
* * *