1.
Jelaskan tahap pengembangan moral Lawrence
Kohlberg !
Jawab :
Lawrence
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran
moral dan berkembang secara bertahap. Kohlberg sampai pada pandangannya setelah
20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara, anak-anak diberikan
serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral.
Bagaimana anak-anak dalam penyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh
masing-masing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg. Berikut ini
adalah salah satu cerita dilema Kohlberg yang paling populer dalam buku Life
Span Development oleh John W. Santrok pada tahun 2002:
Di Eropa seorang perempuan hampir
meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada suatu obat yang menurut dokter
dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini
ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini
sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya sepuluh kali lipat lebih
mahal dari pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan satu dosis kecil obat ia
membayar 200 dolar dan menjualnya 2000 dolar. Suami pasien perempuan, Heinz,
pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya bisa
mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah dari harga obat tersebut. Ia
memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker
bersedia menjual obatnya lebih murah atau memperbolehkannya membayar
setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata, “Tidak, aku menemukan obat,
dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan
membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.
Cerita ini adalah salah satu dari
sebelas cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat
pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab
serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat?
Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami
untuk mencuri obat bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara
lain? Apakah apoteker memiliki hak untuk mengenakan harga semahal itu
walaupun tidak ada suatu aturan hukum yang membatasi harga? Mengapa atau
mengapa tidak?
Berdasarkan penalaran di atas
kohlberg kemudian merumuskan tiga tingkat perkembangan moral, yang
masing-masing tahap ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci dari teori Kohlberg,
ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang
dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara
internal.
Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional
Penalaran
prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi
nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan
hukuman ekternal.
Tahap 1 :
Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman.
Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2:
Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini
penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak
taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik
adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang
dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran
konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan
moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang
mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati
standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3:
Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran,
kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan
pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar
moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya
sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
Tahap 4:
Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan
atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran
pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral
alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan
suatu kode moral pribadi.
Tahap 5:
Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang
mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa
standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum
penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting
dari pada hukum.
Tahap 6:
Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan
suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila
menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara
hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
2.
Apa yang menentukan tingkatan intensitas
masalah etika ?
Jawab :
Ada 4 tingkatan intensitas mengenai etika, yaitu :
- Etika atau moral pribadi yaitu yang memberikan teguran tentang baik atau buruk, yang sangat tergantung kepada beberapa faktor antara lain pengaruh orang tua, keyakinan agama, budaya, adat istiadat, dan pengalaman masa lalu.
- Etika profesi yaitu serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan profesi tertentu.
- Etika organisasi yaitu serangkaian aturan dan norma yang bersifat formal dan tidak formal yang menuntun perilaku dan tindakan anggota organisasi yang bersangkutan.
- Etika sosial yaitu norma-norma yang menuntun perilaku dan tindakan anggota masyarakat agar keutuhan kelompok dan anggota masyarakat selalu terjaga atau terpelihara.
3.
Jelaskan jenis-jenis penyimpangan di tempat
kerja !
Jawab :
Teori Penyimpangan Perilaku Karyawan (Workplace
Deviant Behaviour). Konsep WDB merupakan perilaku sukarela yang secara
signifikan melanggar norma-norma organisasi dan pada akhirnya mengancam kinerja
organisasi, kinerja individu lainnya atau bahkan kedua-duanya (Bennett & Robinson,
2000). Perkembangan konsep WDB selanjutnya dipengaruhi oleh keberadaan target
yang menjadi sasaran perilaku tindakan menyimpang karyawan. Pada dasarnya,
sasaran tindakan perilaku menyimpang dari karyawan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sasaran kepada organisasi dan kepada anggota lain dari organisasi
(Zottoli, 2003 dalam Djalantik & Sutjipto, 2006). Selain itu, konsep WDB
dapat dibedakan menjadi beberapa kategori lebih rinci dan masih terkait dengan
wujud perilaku yang ditujukan kepada organisasi dan individu lain di
organisasi. Tipe-tipe tersebut adalah:
- Production Deviance . Perilaku yang termasuk dalam production deviance adalah pulang atau meninggalkan pekerjaan lebih awal, mengambil waktu istirahat melebihi waktu semestinya, secara sengaja memperlambat penyelesaian tugas dan tidak efisien dalam menggunakan sumber daya organisasi. Production deviancelebih mengarah kepada tindakan menyimpang yang ditujukan untuk menurunkan tingkat kinerja karyawan yang bersangkutan.
- Property Deviance. Perilaku yang termasuk dalam property deviance adalah melakukan tindakan sabotase dan mencuri perlengkapan milik organisasi dan lebih mengarah kepada tindakan pengrusakan terhadap properti milik organisasi.
- Political Deviance. Political deviance merupakan tindakan menyimpang yang cenderung mengarah kepada motif politis seperti lebih menunjukkan keberpihakan pada pihak-pihak tertentu dalam organisasi, menyebarkan informasi yang tidak benar dan menyesatkan, melakukan tuduhan kesalahan kepada individu lain.
- Personal Aggression. Personal aggression lebih tertuju kepada sasaran individu lain dalam organisasi. Contoh dari tindakan menyimpang ini seperti melakukan tindakan penganiayaan dan mengancam rekan kerja lainnya.
Sumber :
http://e-journal.uajy.ac.id/3081/3/2EA13980.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar